Oleh: redaksi
Media Warta Nasional | Indramayu – Al – zaytun sempat terhempas oleh badai Simulakra yang menibulkan chaos informasi yang dihembuskan oleh media mainstream.
Simulakra itu sendiri berasal dari kata simulakrum yang merujuk pada sebuah hal tampak, baik real maupun khayal, salinan realitas atau entitas yang telah hilang atau bahkan tidak memiliki dasar realitas asal apapun.
Walau tengah diterpa badai simulakra Al – zaytun terus menembus ruang dan waktu untuk menuju kehidupan yang Sehat, Cerdas dan Manusiawi. Dan ini dilakukan dalam sebuah even tahunan yakni perayaan satu Muharam (Satu Syuro 1446 – H).
Sejak awal berdirinya Al – zaytun 13/08/1996 sudah menjadi budaya, menyambut 1 Muharam (1 Syuro) dan menjadikannya sebagai momentum untuk merefresentasikan kehidupan toleransi antar umat beragama, antar suku, antar budaya dan antar golongan.
Perayaan 1 Syuro 1446 – H tahun ini (2024) tanpa kehadiran sang tokoh toleransi dan perdamaian Syaykh AS. Panji Gumilang, namun hal ini tidak mengurangi semangat Civitas Akademika dalam mengimplementasikan toleransi melalui momentum Satu Syuro 1446 – H.
Perayaan satu Syuro 1446 – H kali ini mengusung tema “Remontada From Within” (comeback) bangkit kembali menuju Indonesia gemilang, Indonesia sejahtera atau bisa juga disebut Indonesia Emas.
Paskibra Al – zaytun
yang dihadiri oleh ribuan peserta dan tamu undangan dari lintas agama, tidak bisa dihadiri oleh sang juru taktik, baik oleh Syaykh Al Zaytun sebagai pimpinan maupun oleh ketua yayasan yang berhalangan kesehatan.
Dalam sambutannya Panitia Pelaksana acara Eji Anugerah Ramadhan menyampaikan bahwa; tamu yang hadir sepuluh ribu orang jumlah ini lebih ramai dari tahun sebelumnya.
Acara yang dimulakan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga Stanza membuat suasana sangat berbeda dan memantik jiwa kebangsaan dan nasionalisme dan luarbiasanya dipandu oleh siswi MI kelas 6.
Sebuah realitas dimana sejak dini santriwan – santriwati ditanamkan jiwa kebangsaan dan tolak ukurnya adalah penguasaan Lagu Indonesia Raya tiga Stanza telah masuk dalam hati dan jiwa anak-anak Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Lagu yang penuh pesan sakral berkumadang di Masjid Rahmatan Lil’alamin, Mekar Jaya, Gantar, Indramayu, Jawa Barat”marilah kita berseru Indonesia bersatu, marilah kita mendo’a Indonesia bahagia, dan marilah kita berjanji Indonesia abadi” itulah bait dalam anthem Indonesia Raya tiga stanza tersebut yang menggugah jiwa dan menyeru pada kesadaran tingkat tinggi tentang berbangsa dan bernegara.
Dalam istilah lain Remontada adalah “The Comeback” sebuah kebangkitan yang sangat mengejutkan dan dipelopori oleh generasi muda untuk Indonesia gemilang, Indonesia Emas.
Peringatan satu Syuro 1446 – H tetap Khidmat tanpa sang tokoh dan pendiri Al – zaytun, jelas sebuah kedewasaan telah terbentuk pada Civitas Akademika Al – zaytun. Tentu ini akan menjadi faktor kebangkitan (La Remontada/comeback) bagi Al – zaytun.
Bukan isapan jempol visi misi Al Zaytun yakni “Pusat pendidikan, toleransi dan Perdamaian Menuju Masyarakat yang Sehat, Cerdas, dan Manusiawi” tersebut ditengah badai simulakra
Sementara itu Drs. CH, Robin Simanulang Pemred Tokoh Indonesia yang juga hadir dalam perayaan satu Syuro 1446 – H mempunyai pandangan tersendiri terkait Toleransi yang dikembangkan di Al – zaytun dan persinifikasi Syaykh Al – zaytun.
“Sebagai sahabat Syaykh Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang saya pernah mendengar langsung dari Syaykh tentang hubungan Syaykh dengan Al – zaytun. Al – zaytun adalah AS. Panji Gumilang dan AS. Panji Gumilang adalah Al – zaytun, jadi jika ada orang yang memisahkan Syayakh dengan Al – zaytun maka dia belum mengenal Al – zaytun”, tegasnya dalam sambutan satu Syuro 1446 – H Minggu 07/07/2024 di Masjid Rahamatan Lil’alamin.
Ia menambahkan, Toleransi di Al – zaytun adalah toleransi yang tidak mendegradasi aqidah umat kepercayaan lain (selain Islam) sebuah toleransi yang interdependensi, saling membutuhkan sesama makhluk ciptaan Tuhan terangnya.