Reporter : Mustofa
Editor : Wiratno
Baca Juga:
MEDIA WARTA NASIONAL | JAKARTA – Pati, 24 Juli 2025 Pagi itu, langit di atas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Pati tampak cerah. Namun yang lebih mencolok adalah suasana harap-harap cemas yang membuncah di halaman blok hunian. Puluhan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) berkumpul, menyimak dengan saksama sebuah pengumuman penting yang bisa mengubah nasib: sosialisasi Remisi Dasawarsa.
Remisi ini bukan pengurangan masa tahanan biasa. Hanya muncul saban sepuluh tahun, Remisi Dasawarsa menjadi momen yang ditunggu-tunggu banyak narapidana—sebuah oase di tengah perjalanan panjang menjalani hukuman. Pemerintah menjadikannya sebagai bentuk penghargaan atas perilaku baik, kedisiplinan, dan partisipasi aktif dalam program pembinaan.
Kepala Lapas Pati, Suprihadi, memimpin langsung jalannya sosialisasi. Di hadapan para WBP yang duduk rapi, ia menjabarkan secara rinci dasar hukum, kriteria penerima, serta mekanisme pengajuan remisi istimewa itu.
“Remisi Dasawarsa adalah wujud penghargaan negara kepada WBP yang menunjukkan perubahan sikap dan komitmen untuk menjadi pribadi lebih baik,” ujar Suprihadi. “Ini kesempatan emas untuk mempercepat perjumpaan dengan keluarga dan kembali ke masyarakat sebagai individu baru.”
Para peserta tak sekadar mendengar. Beberapa mengangkat tangan, mengajukan pertanyaan, menyambung penjelasan yang mungkin belum sepenuhnya mereka cerna. Petugas lapas dengan sigap memberikan penjelasan tambahan, memastikan tak ada celah misinformasi yang tertinggal.
Salah seorang WBP, yang meminta identitasnya dirahasiakan, menyatakan rasa optimisnya. “Kami jadi tahu apa yang harus kami persiapkan. Harapan itu nyata sekarang,” ujarnya lirih namun penuh semangat.
Remisi Dasawarsa sendiri diberikan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Besarannya pun variatif, tergantung pada masa pidana yang telah dijalani dan jenis pelanggaran yang dilakukan. Namun lebih dari angka dan hitungan hari, remisi ini menjadi simbol pengakuan atas upaya perbaikan diri di balik tembok tinggi lapas.
Melalui kegiatan ini, Lapas Pati berharap dapat menanamkan semangat reformasi pribadi pada para WBP. Bahwa di balik kehidupan terbatas itu, selalu ada peluang untuk memperbaiki diri, dan bahwa negara tidak menutup mata terhadap perubahan.
Dalam remisi, tersimpan harapan. Dan di Lapas Pati, harapan itu baru saja disulut.