Redaksi
MEDIA WARTA NASIONAL | JAKARTA – Sebuah pertemuan sederhana berlangsung di kediaman Drs. Christian Robin Simanulang, Pimpinan Redaksi Tokoh Indonesia, pada Minggu sore, 20/07/2025. Di ruangan yang hangat, diskusi strategis mengalir antara pemimpin media dan para pengusaha. Tema besarnya: kolaborasi menuju Indonesia Emas.
Baca Juga:
Robin, yang juga pendiri sekaligus penasihat Forum Penulis dan Wartawan Indonesia (FPWI), organisasi profesi wartawan yang berdiri sejak 2013, menjadi tuan rumah perbincangan ini. Duduk bersama M. Aditya, S.H., Ketua Umum Himpunan Pengusaha Nusantara (HIPNUSA) dan juga pengusaha properti; Barmawan, Nur, DR.HC. Sastra Suganda, CPLA, pengusaha media, Wiratno, pengusaha media; serta Rukmana, S.Pd.I., CPLA, Pemimpin Redaksi Media Warta Nasional yang juga menjabat sebagai Ketua Umum FPWI dan Humas HIPNUSA.
Pertemuan itu singkat, tapi isinya sarat makna. Diskusi dibuka Robin dengan refleksi panjang sebagai wartawan kawakan. “Kami berada di posisi yang independen sekaligus interdependen. Dalam menulis, kami tidak hanya memakai prinsip 5W+1H, tapi juga menambahkan unsur ‘A’: apresiasi terhadap objek berita kami juga tidak bisa diintervensi,” ujarnya.
Robin menegaskan bahwa media yang sehat harus mampu membangun jembatan komunikasi yang konstruktif antara sektor publik, swasta, dan masyarakat sipil. “Ini adalah awal yang baik untuk membangun kolaborasi. Sinergi seperti ini, jika dikelola dengan profesional, bisa membawa dampak nyata bagi kemajuan bangsa,” ujarnya.
Di sisi lain, M. Aditya melontarkan keprihatinan dan gagasan besar soal perumahan rakyat. “Sebagai pengusaha properti, saya bangga karena bidang ini menyentuh langsung peradaban. Tapi saya khawatir jika sektor ini dikuasai oleh asing yang tidak memahami aspek budaya dan kebangsaan kita,” ucapnya.
Menurutnya, pembangunan properti bukan sekadar soal bisnis, tapi menyangkut wajah masa depan bangsa. “Untuk menuju Indonesia Emas, ekonomi harus diperkuat. Dan properti adalah sektor strategis yang tidak boleh disepelekan,” katanya.
Ia menyayangkan kebijakan yang dinilai terburu-buru, seperti program tiga juta rumah gratis untuk rakyat yang dicanangkan Menteri Perumahan, Maruar Sirait. “Kami para pengusaha bengong. Ini bukan perkara enteng. Tanah sitaan negara itu rumit. Tanpa koordinasi yang matang dengan kementerian agraria, UMKM, keuangan, hingga penegak hukum, ini bisa jadi bola panas,” ujar Aditya.
Ia mengeluhkan menurunnya daya beli masyarakat akibat kebijakan rumah gratis ini, hal ini berdampak langsung pada kelangsungan usaha properti. “Kami ingin rakyat punya rumah. Rumah murah Rp40 juta bisa diwujudkan, ini sedang kami lakukan” tandasnya.
Lebih lanjut, Aditya menegaskan pentingnya peran media. “Kami butuh media untuk menyuarakan realitas di lapangan. Pemerintah perlu mendengar suara kami, bukan hanya angka-angka di meja birokrasi,” ujarnya lugas.
Rukmana, Ketua Umum FPWI, menyambut pernyataan Aditya dengan sikap terbuka. “Media adalah pilar demokrasi dan keadilan. Kami siap berkolaborasi dengan HIPNUSA. Sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bukan hanya slogan. Itu harus diwujudkan. Tidak boleh ada rakyat Indonesia yang tidak punya rumah tinggal” ujarnya.
Dalam ruang diskusi malam itu, tak ada sekat antara pengusaha dan wartawan. Yang ada adalah keinginan tulus untuk membangun negeri. Dari rumah—tempat berpijak bagi setiap warga negara—mereka memulai harapan baru: menuju peradaban Indonesia Emas.