Oleh : Redaksi
MEDIA WARTA NASIONAL – BEKASI – Para pemulung elit yang tergabung dalam Forum Bank Sampah Tambun Utara menggelar kegiatan pembinaan Bank Sampah di Caffe Guyub, Tambun Utara, Bekasi Rabu 26/11/2025. Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Forum Bank Sampah Tambun Utara Antonuri, Kapolsek Tambun Kompol Wuriyanti, Pembina Forum Bank Sampah, Euis Rostiati dan 50 orang pegiat sampah se Tambun Utara.
Dalam sambutannya, Euis Rostiati mengapresiasi kepedulian Kapolsek Tambun terhadap isu pengelolaan sampah. “Baru kali ini ada Kapolsek yang sangat peduli dengan sampah. Ini dukungan yang sangat berarti bagi kami para pegiat Bank Sampah,” ujarnya.
Kapolsek Wuriyanti: Hidup Harus Bermanfaat untuk Orang Lain
Kapolsek Tambun Kompol Wuriyanti, dalam pemaparannya, menekankan bahwa seluruh elemen masyarakat memiliki peran strategis dalam menjaga lingkungan. Menurutnya, pengelolaan sampah bukan hanya soal kebersihan, melainkan bagian dari upaya menyelamatkan kehidupan.
“Kita semua adalah pahlawan sesuai bidang masing-masing. Hidup adalah tentang bagaimana kita memberi manfaat kepada lingkungan dan manusia lain,” kata Wuriyanti.

Ia menambahkan bahwa kesadaran untuk berkontribusi bagi masyarakat harus menjadi gaya hidup. “Saya tahu saya akan mati. Maka hidup saya harus bermanfaat dan menolong orang lain. Hidup itu harus seperti orang gila—bekerja keras agar hidup menjadi lebih hidup,” ungkapnya.
Pengalaman Kapolsek Mendalami Bank Sampah
Kompol Wuriyanti mengisahkan pengalamannya yang mulai terjun dalam kegiatan Bank Sampah sejak Januari 2015 setelah berkenalan dengan sosok Suhapli. Ia menilai bahwa pengelolaan sampah memiliki keterkaitan langsung dengan tugas kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Ia menyinggung UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang memuat ketentuan pidana bagi pelanggar. Menurutnya, polisi memiliki kewajiban menegakkan aturan tersebut.
Wuriyanti juga menyoroti berbagai insiden yang pernah terjadi akibat buruknya pengelolaan sampah, termasuk 157 korban jiwa akibat ledakan di tempat pembuangan sampah, serta kasus penganiayaan sopir pengangkut sampah di Bantar Gebang akibat penolakan warga.
“Gara-gara sebuah kebijakan, muncul tindakan kriminal dan akhirnya polisi juga yang menangani perkara tersebut,” ujarnya.














