Reporter: Darsani Editor: Rukmana
MEDIAWARTANASIONAL.COM | BEKASI – Forum Penulis dan Wartawan Indonesia (FPWI) akan mengadakan pelatihan jurnalistik berbasis teknologi Artificial Intelligence (AI) pada Senin, 27 Januari 2025, di Sekretariat FPWI, Jl. Ratna, Bekasi, Jawa Barat. Adapun pelatihan ini digelar guna membekali para jurnalis dengan kemampuan memanfaatkan teknologi modern tanpa mengesampingkan kreativitas dan etika jurnalistik.
Ketua Umum FPWI, Rukmana, S.Pd.I, melalui keterangan persnya Sabtu (25/01/2025), menjelaskan bahwa kini teknologi semakin berkembang pesat dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dunia jurnalistik. “Saat ini, lebih dari 400 juta database tersimpan di ‘cloud’. Ini bisa menjadi peluang sekaligus ancaman,” ujarnya.
Baca Juga:
Menurutnya, kemajuan teknologi AI telah membawa perubahan besar, termasuk dalam proses produksi berita. Namun, Ia menekankan bahwa teknologi tersebut tidak bisa sepenuhnya menggantikan peran manusia. “Sebagai jurnalis, kita harus melek teknologi. AI dapat menjadi tantangan sekaligus ancaman. Oleh karena itu, pelatihan ini diadakan agar jurnalis mampu menggabungkan teknologi dengan sentuhan kreativitas tanpa melanggar kode etik jurnalistik maupun undang-undang pers,” jelas Rukmana.
Ia juga menambahkan bahwa AI hanyalah alat yang tidak memiliki rasa dan integritas sebagaimana manusia. Oleh karena itu, FPWI merasa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan kepada masyarakat tetap memiliki akurasi dan integritas tinggi.
Humas FPWI, Ridho Iradata, yang ditemui secara terpisah, mengungkapkan bahwa pelatihan ini merupakan salah satu langkah FPWI dalam meningkatkan kualitas jurnalis di era digital. “Kami ingin memberikan bekal kepada para jurnalis agar mampu memanfaatkan teknologi seperti AI dalam menulis berita dan membuat video, namun tetap mengedepankan nilai-nilai jurnalistik,” ujarnya.
Dengan pelatihan ini, FPWI berharap para jurnalis dapat menghasilkan karya yang relevan dengan perkembangan zaman sekaligus menjaga kepercayaan publik terhadap media.