Oleh: Rukmana,S.Pd,I., CPLA
MEDIA WARTA NASIONAL | BEKASI – Pendidikan adalah penentu maju mundurnya suatu bangsa. Negara-negara besar di dunia menjadikan pendidikan prioritas utama, bahkan membebaskannya dari biaya sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Baca Juga:
Namun, di Indonesia, realitasnya berbeda. Biaya pendidikan masih menjadi momok, terutama bagi kalangan menengah ke bawah. Program pendidikan gratis hanya terbatas di sekolah negeri, sementara di jenjang perguruan tinggi justru dikenakan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang kerap memberatkan mahasiswa.
Kebijakan UKT ini tidak jarang menghentikan langkah mahasiswa yang bersemangat belajar, namun terjebak oleh keterbatasan ekonomi. Di tengah situasi itu, muncul secercah harapan dari lembaga pendidikan alternatif.
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Barokah, Tambun Selatan, Bekasi, menjadi contoh kampus yang menolak menyerah pada stigma mahalnya pendidikan. Kampus ini memberikan beasiswa senilai Rp25 juta bagi para mahasiswanya, langkah yang secara nyata mengangkat beban banyak keluarga.

“STAI Al-Barokah ini luar biasa. Kampus ini bukan hanya membuka pintu pendidikan, tapi juga membukakan masa depan. Pemerintah seharusnya mendukung kampus seperti ini,” ujar Darsani, salah seorang penerima beasiswa.
Suaranya mewakili ratusan mahasiswa lain yang kini bisa melanjutkan kuliah berkat uluran tangan yayasan. Mubahir, mahasiswa asal Lampung, bahkan menegaskan bahwa semestinya pendidikan gratis menjadi tanggung jawab negara, bukan dibebankan kepada yayasan swasta.
Dampak keberadaan STAI Al-Barokah sangat terasa. Banyak guru TK, PAUD, SD, SMP hingga SMA terbantu dengan program beasiswa ini.
Pertanyaannya: mengapa sebuah yayasan swasta bisa menghadirkan solusi yang lebih konkret dibandingkan kebijakan pemerintah? Pertanyaan inilah yang seharusnya menjadi bahan renungan sekaligus alarm bagi negara. Jika pendidikan adalah fondasi bangsa, maka peran negara tak boleh kalah dari inisiatif masyarakat.