Redaksi
MEDIA WARTA NASIONAL | BEKASI – Di ujung barat Perumahan Griya Kertamukti Residence, tepatnya di Blok J1 No. 24-25 RT 02/028, berdiri bangunan sederhana dengan spanduk bertuliskan “Rumah Hafidz Qur’an An Nur.” Tidak ada kemewahan mencolok, tapi di dalamnya, kilau hafalan Al-Qur’an terus disemai setiap hari.
Didirikan pada 1 Juli 2021, lembaga ini awalnya hanya mimpi yang dirajut pelan-pelan sejak Januari 2021. Sebuah inisiatif sunyi dari seorang dermawan asal Malaysia, yang menolak (disebut namanya), dibantu oleh sahabat-sahabatnya yang memiliki visi yang sama: menghadirkan cahaya Qur’an di tengah permukiman pelosok Desa.
Setahun kemudian, tepat 22/04/2022, Rumah Hafidz An Nur resmi mengantongi izin operasional dari Kementerian Agama. Sejak saat itu, rumah tahfidz ini menjadi rujukan para orang tua di Cibitung yang ingin anak-anak mereka tumbuh bersama Al-Qur’an dengan biaya yang terbilang “sangat terjangkau”.
Belajar Al – qur’an Semudah Tersenyum
“Belajar Al-Qur’an itu harus menyenangkan,” kata Ustadzah Putri Syalsya Nabila, salah satu pengajar tetap di rumah tahfidz itu. Ia mengajar bersama Ustadzah Caca dan Umi Nur.
Di An Nur, mereka menerapkan metode Kauny sebuah pendekatan inovatif yang menggabungkan gerakan tangan, pemahaman makna ayat, dan pelafalan tajwid secara tepat. “Metode ini cocok untuk semua tipe anak: visual, auditori, bahkan kinestetik,” ujar Putri. “Anak-anak bisa menghafal dengan mudah, semudah tersenyum.”
Materi yang diajarkan mencakup tahsin, tajwid, akhlak, fiqih, hadits, doa harian, bahasa Arab, hingga seni hadroh. Fokus utama tetap pada tahfidz menghafal Al-Qur’an namun tetap seimbang dengan nilai-nilai moral dan spiritual yang menyatu dalam keseharian.
Dinamika Perjuangan Para Penghafal Al – qur’an
Tahun 2022 menjadi penanda manis bagi Rumah Hafidz An Nur. Di penghujung tahun itu, mereka menggelar wisuda perdana. Beberapa santri telah menuntaskan hafalan 1 hingga 2 juz, sebuah capaian yang tidak bisa dianggap remeh.
Wisuda ini dihadiri oleh KH Marjaya Wijayakusumah, penasihat spiritual lembaga tersebut, serta Ustadz Nurhasan Kholid, Ketua Yayasan Nurul Inayah. Sosok lain yang tak kalah penting adalah Ibu Cut Zidatul Fazla, yang disebut-sebut sebagai salah satu motor penggerak pendirian rumah hafidz ini sejak awal.
Rumah Hafidz Qur’an An Nur bukan sekadar tempat belajar. Ia tumbuh menjadi ruang teduh bagi generasi kecil yang ingin berjalan bersama kalam Ilahi. Di tengah hiruk pikuk urbanisasi Cibitung, tempat ini mengajarkan satu hal penting: menghafal Qur’an bukan sekadar mengingat, tapi juga mencintai.
Baca Juga: