Warta Daerah

Al – zaytun Dipercaya Menjadi Ensiklopedia Toleransi Dan Damai

Oleh: Wiratno

Media Warta Nasional | Indramayu – Dr. Haryadi Baskoro beserta para jejaring atau networking profesional Yogyakarta bersilaturahim kepada Syaykh Al-Zaytun untuk mewujudkan Al-Zaytun sebagai episentrum toleransi dan perdamaian dunia. (9/10/2024).

Bermula dari acara slametan milad Al-Zaytun ke – 25, sekaligus seminar mengenai gagasan Syaykh Panji Gumilang “1.000 tahun Indonesia raya, remontada from within, kebangkitan dari dalam menuju Indonesia gemilang” yang diperingati dengan dikumpulkannya para Pemikir dan tokoh nasional Indonesia dibidang ideologi , politik , ekonomi , sosial budaya dan pertahanan keamanan (IPOLEKSOSBUDHANKAM) pada 25 Agustus hingga 27 Agustus 2024.

Sehingga untuk mendukung visi besar tersebut, Haryadi Baskoro yang berlatar belakang kebudayaan, beserta Drs. Jozep Edyanto S.E. dibidang digital, Pulung W Pinto bidang seni, Yupiter Ome dan Suharmanto dibidang media, melakukan kerjasama berskala besar (KSBB) dengan pihak Ma’had Al-Zaytun yang diwakili oleh Ali Aminulloh S.Ag., M.Pd.I., ME, dalam rangka merealisasikan perpustakaan digital dan ensiklopedia budaya toleransi dan perdamaian.

Perjalanan dari Yogyakarta, Haryadi Baskoro dan tim, tiba di Wisma Al Ishlah di Ma’had Al-Zaytun pada pukul 03.00 WIB dini hari, kemudian setelah istirahat dan makan pagi, malanjutkan agendanya dengan rapat bersama pihak Ma’had Al-Zaytun, selanjutnya berkeliling area pendidikan Al-Zaytun.

Saat mengunjungi istana beras dengan silo berkapasitas 1 juta kilogram beras, penyimpanan pisang dan pemotongan ayam, membuat rombongan saat itu semakin mengerti betapa pemakanan dimuliakan untuk dikonsumsi oleh yang maha mulia yaitu manusia khususnya santri Al-Zaytun, mulai dari pisang yang dimatangkan dengan suhu dingin, lalu beras yang diputihkan dengan teknologi, kemudian ayam segar yang dagingnya sangat empuk dan tidak bau menyengat karena bakteri dalam ayam sudah dimatikan didalam suhu – 35°.

Kemudian rombongan berkesempatan untuk menaiki kapal kayu tradisional yang dibuat selama 8 bulan, diberi nama oleh Syaykh “Dewi Sekartaji” yaitu tokoh putri kerajaan Kediri, melambangkan kesetiaan dan saling membantu dimasyarakat, sepenuhnya dikerjakan oleh santri kelas XI (Adventador) yaitu, Salman Al Farizi, Abdal Firdaus, Siti Aisyah Umairah santri asal malaysia, dan 60 lebih santri lainnya. Dalam pembelajaran, mereka pertama kali diajarkan untuk membaca gambar kapal, membuat gambar kemudian memotong kayu dan melapisi kapal dengan bimbingan dari mentor, kemudian akan dilibatkan untuk membuat kapal yang lebih besar, L.K.M. KM. – 03 Connie Rahakundini Bakrie Jung Pantura Java di pelabuhan samudra biru, Eretan, Indramayu. Mereka juga aktif dalam mengikuti perlombaan kapal RC pada tanggal 9/9/2024, yang diselenggarakan di food junction Surabaya, oleh Institut Sepuluh November.

Kemudian santri lain dibidang pertanian, Algiansyah saputra dan Yura Yulia mengatakan dirinya disiapkan oleh Syakh Al – Zaytun untuk membangun Indonesia emas melalui green economy, kemudian Algi dan Yura secara bergantian menjelaskan pengalamannya mengenai lahan persawahan yang diberikan Syaykh agar bisa melakukan praktik, didekat jalan Jammass yang dinamakan Raden Paku, dimana pada tahun ke – 2 ini, kelas XI telah menanami padi sebanyak 6000 m² dan menghasilkan 2,2 ton gabah kering saat panen. Padi yang ditanam berjenis japonica (jepang) merupakan varietas unggul dengan nama koshihikari dan kaze, karena selain memiliki nilai harga jual yang paling tinggi, rendah lemak, kaya akan serat dan tinggi karbohidrat, dengan bentuk yang lebih pendek dibandingkan dengan beras lainnya, teksturnya lembut, manis dan tidak begitu lengket, sehingga kesehatan dapat terjamin. Tidak kalah dengan santri perkapalan, santri penggiat green economy juga telah mengikuti berbagai lomba dan mempunyai tim karya tulis ilmiah, tim itu lolos ke tahap pengiriman naskah dengan beberapa judul seperti pembuatan plastik dari kulit pisang, alat pengusir tikus dari panel surya, pembuatan paper bag dari ampas kopi, dan membuat pupuk dari cangkang telur.

Menjelang sore hari, kemudian rombongan diterima di pelabuhan kapal samudra biru di Eretan, Indramayu untuk berjumpa dengan Syaykh Al-Zaytun, Prof. DR. Abdussalam R Panji Gumilang, M.P. sebagai tokoh bangsa, penggagas 1.000 tahun Indonesia Raya, yang secara konsisten menerapkan toleransi perdamaian dunia sebagai tunjuk ajar didalam pendidikan Ma’had Al-Zaytun untuk santrinya, civitas Al-Zaytun dan masyarakat seluas luasnya bahwa hanya dengan toleransi, seni, budaya, bahasa, bisa menghilangkan kebencian atas nama apapun, dan mampu menyelesaikan perang dunia sehingga bersatu dalam damai karena mampu hidup bersama dalam zona damai dan harmoni.

Hal tersebut sudah dipraktikkan sejak berdirinya Al-Zaytun hingga kini, selaras dengan mottonya yaitu pesantren spirit but modern system, menjadi pusat pendidikan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian menuju masyarakat sehat, cerdas, dan manusiawi untuk mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas.

Berbincang akrab dengan Syaykh, Drs. Joseph Edyanto, SE, seorang pengusaha yang bergerak dibidang penerbitan menyampaikan keinginannya untuk memberikan perpustakaan digital untuk semua jenjang pendidikan yang ada di Ma’had Al-Zaytun, sekaligus berminat untuk membagikan ilmunya mengenai prosedur, metode, dan cara penulisan buku dan penerbitannya bagi para dosen di Al-Zaytun.

Tidak hanya untuk meliterasi dan melek teknologi, perpustakaan digital juga berguna sebagai syarat akreditasi sebuah lembaga pendidikan, meningkatkan indeks pembangun literasi masyarakat (IPLM), kemudian menjawab adanya fenomena “giant step” pada teknologi digital, dimana “kebaruan” informasi dan teknologi digital begitu cepat pertahunnya.

“Baru mau masuk teknologi, perkembangannya sudah berubah lebih cepat lagi, kalau ide teknologi gak cepat digunakan” ujarnya.

Joseph Edyanto mengangkat dua jempol, apresiasi untuk “oleh oleh” yang didapatnya yaitu profesionalisme manajemen, baik dari segi pendidikan, pemakanan, hingga infrastrukturnya mampu memadukan teknologi, nilai toleransi dan kemanusiaan terutama saat melihat betapa besarnya kebutuhan pemakanan di Al-Zaytun hingga 1,2 ton beras perhari, pisang yang dikonsumsi bisa mencapai 1 hingga 3 ton perharinya, namun karena menyatu dengan kemajuan teknologi, kegiatan para pekerja sama sekali tidak mengganggu santri belajar, salah satunya dikarenakan infrastruktur yang tertata dan tabiat pekerjanya yang santun saat bekerja sehingga minim kebisingan.

“Dibanyak perusahaan ramainya tinggi bukan hasilnya.”

Di ma’had tenang tapi banyak hasilnya, biasanya hebohnya dulu tapi hasilnya gak ada, disini saya lihat semua jalan, tidak terdengar tapi hasilnya bisa kayak gini, luar biasa!! ” kata Joseph kepada Syaykh.

Ditambahkannya saat ini badannya memang tidak begitu fit, namun sakitnya terobati hingga kuat untuk berkeliling bahkan saat melihat secara langsung kapal kayu besar yang berhasil diproduksi para santri. Joseph mengaku yang didapatnya bukan nilai ekonomis namun ingin membersamai dengan kepemimpinan Syaykh, dapat membantunya untuk lebih bisa berbuat dan tercatat dalam “buku kebaikan” di hidupnya.

Kemudian menurut Joseph, dengan ensiklopedia toleransi perdamaian, dimaksudkan bukan project lokal tapi gerakan nasional, semacam project strategi nasional (PSN), level dunia sehingga kalau “dunia” tidak menggunakan teknologi rasanya sayang, maka visi besar dikelola sedemikian untuk menyebarkan dengan teknologi supaya lebih cepat.

“Al-Zaytun menjadi model toleransi, Indonesia memang kaya soal budaya toleransi, tapi banyak berserakan” kata Joseph.

Merespon apa yang dikatakan Joseph, Syaykh menerangkan semua yang dirasa, dilihat dan dialami merupakan hasil dari terus berjalan dan bergerak selama 25 tahun untuk mendidik, untuk almamater kita semua yaitu Indonesia raya.

“Karena bergerak, berjalan maka ada bekasnya, maka kami terus bergerak dan berjalan. Maka yang disampaikan merupakan suatu kewajiban untuk mengikuti jamannya, mudah mudahan dengan segala yang dirancang untuk pendidikan pasti akan menambah nilai, untuk siapa? Untuk Indonesia raya. Bangunkan jiwanya, bangunkan raganya untuk Indonesia raya” kata Syaykh.

Syaykh mengucapkan terimakasihnya kepada Joseph juga para tokoh dari Yogyakarta kemudian, Syaykh menyukil peribahasa sunda “aya cukang komo mentas” artinya ada jalan sampai terlaksana apa yang diinginkan.

“Kami sangat bergembira, berterimakasih tinggal nanti seperti apa hal hal berkaitan juga seperti apa” ungkap Syaykh.

Satu suara, Haryadi Baskoro menjelaskan dalam ensiklopedia toleransi perdamaian dunia adalah alat untuk menggerakkan jaringan atau network, sebagai rujukan yang ilmiah dan terukur karena melibatkan tim dewan pakar dan dewan ahli bekerjasama dengan berbagai ilmuan, praktisi, pemerintahan hingga universitas, bisa dalam bentuk kreativitas berbagai hal untuk menyuarakan toleransi mulai dari pertunjukan atau festival seni budaya, film dokumenter, buku ilmiah, hingga konferensi internasional.

“ensiklopedia menjadi sistem pengetahuan yang valid tentang isu yang toleransi perdamaian, menjadi sumber informasi akademik nasional dan Al-Zaytun sebagai panglima dari pengkaryaan para pakar yang memvalidasi isi dari ensiklopedia, menjadi pusat studi akdemik all about toleran perdamaian” Ujar Haryadi Baskoro.

Menurut Haryadi Baskoro, kebanyakan bukan kita bangsa Indonesia yang meneliti kekayaan budaya Indonesia, sebagai contoh mahasiswa harus bertemu pakar diluar negeri untuk menanyakan sejarah Yogyakarta, Karena tidak ada yang aktif menggali sendiri kekayaan kita, contoh lainnya pada jaman kolonial, peneliti budaya stanford justru yang lengkap memiliki data vegetasi, budaya, dan ekologi Indonesia bahkan yang menemukan candi Borobudur yaitu Gubernur Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia.

Oleh sebab itu, Hadi Baskoro sangat berkeinginan toleransi perdamaian yang terjadi di Indonesia tidak ada yang merajut, sehingga ajaran, petuah kuno, norma dan ragam kebudayaan yang ada di Indonesia tidak menjadi apapun, seakan sibuk kerja masing masing, maka butuh “titik api” untuk membakar, Api yang bersumber dari Ma’had Al-Zaytun sebagai leading sector, yang konsisten di visi itu dan ada wujudnya yaitu Al- Zaytun, bahkan kota yang dinobatkan “the city of tolerance”

Yogyakarta baru baru ini mendapat rapor merah dari SETARA Institut, artinya menurut Haryadi Baskoro perlu suntikan api dengan visi Syaykh.

“Saya melihat dua yang luar biasa, pertama visi 1000 tahun Indonesia raya, dan Visi Ma’had Al-Zaytun jelas ditekankan terpampang besar saat ingin masuk, pusat pendidikan toleran perdamaian” ujar Haryadi Baskoro.

Haryadi Baskoro merinci bahwa kedepan visi toleransi nasional dan internasional bisa bersumber atau sentralnya ada di Al-Zaytun, sehingga bila ingin mengetahui toleransi di negara Birma contohnya ada rujukannya yaitu ensiklopedia, selain itu melalui media digital seperti ensiklopedia, maka Ma’had Al-Zaytun sangat mungkin menjadi pemantik atau pusat pergerakan dunia baik secara politik dan negara, karena dengan digital semua tempat akan menjadi pusat pergerakan, namun penggarapannya tidak bisa cepat untuk bisa meng”cover” seluruh dunia, setidaknya butuh 20 tahun, dimulai dari sekarang sebagai pondasi dasar terciptanya perdamaian, stop perang. Karenanya, Haryadi Baskoro berharap dengan sungguh sungguh ketika komandan sudah memberi komando untuk bersatu atau berkumpul, sebagai yang punya visi ini, apalagi dengan visi besar, seluruh dunia akan bergerak.

Dirinya mengaku, Syaykh sebagai sosok toleran yang dicarinya untuk membawa perdamaian, khususnya untuk menghentikan perang yang mulai berkecamuk karena gagal memahami dan bersikap toleransi dan perdamaian. Dirinya juga siap mengerahkan jaringan visi yang sama, dengan tokoh bangsa yang tegas menyuarakan toleransi yaitu Syaykh, karena memang dibutuhkan bahwa harus ada “titik apinya” diibaratkan matahari dari kekuatan elemen beragam tapi dapat membakar karena ada lensa lup, yang fokus pada satu titik, dan sampai hari ini, Ia percaya Syaykh suatu saat bisa meraih nobel penghargaan, karena memiliki karya spesifik yang unik mewujudkan toleransi dan perdamaian.

Tidak lupa, Haryadi Baskoro mengucapkan “maturnuwun sanget” kepada tim, para profesional di Yogyakarta yang mendukung toleransi dan perdamaian dunia dalam semangat nasionalisme dan multikulturalisme dalam mempersembahkan dua karya yaitu perpustakaan digital Al-Zaytun dan ensiklopedia digital budaya toleransi dan perdamaian, juga terimakasih untuk Syaykh Al-Zaytun atas perlakuan penuh manusiawi baik pelayanan dan keramahan dari para civitas, serta ilmu dan inspirasi yang Ia dapatkan beserta tim.

Syaykh Al-Zaytun juga mengungkapkan terimakasih sudah berkenalan dan secara tegas menerangkan bahwa toleransi adalah sikap yang terus dipraktekkan, dan Indonesia harus abadi, maka tidak perlu dikasih angka (79) karena abadi, maka Syaykh mengajak “marilah kita menjadi Indonesia abadi” tahun 2045 maupun seratus tahun, sampai 3045 dan seterusnya, Syaykh mendoa mudah mudahan bisa meletakan bahasa itu pada kenyataan yaitu “bonus demografi” dalam artian bisa tambah nilai, kalau hari ini masih impor mudah mudahan tidak lagi, sehingga uangnya bisa untuk pendidikan, kemudian Syaykh mengingatkan kepada seluruhnya bahwa “almamater” kita bukan universitas Al-Zaytun atau lainnya, tetapi kembali yaitu almamater Indonesia Raya sehingga satu tujuan. Untuk diketahui kata almamater berasal bahasa Latin, dari kata Alma dan mater, artinya “ibu menyusui”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *